Malam ini begitu dingin dan berbeda dari malam – malam
sebelumnya. Terasa menakutkan dan mencekam.
Di sela-sela dinginnya malam, ku dengar sayup-sayup orang membaca Surat Yasin.
Entah kenapa terasa dekat olehku hingga membuat jantungku berdegup semakin lama
semakin kencang.Berbeda juga dari hari-hari biasanya, saat ku baca bahkan saat
ku dengar surat yasin terasa biasa, namun kali ini terasa berbeda. Aku mulai
diburu rasa penasaran. Akhirnya ku putuskan untuk berjalan perlahan, mencari
asal suara orang yang membaca surat Yasin.Ku langkahkan kakiku walau terasa
berat karena dinginnya angin malam. Semakin ku melangkah, semakin keras suara
yang ku dengar. Langkahku terhenti, karena ku rasa aku sudah tahu asal suara
itu. Tapi.... deg!
Betapa terkejutnya, ketika aku tahu bahwa suara
tersebut berasal dari dalam rumahku.Jantungku
semakin keras memompa darah ke seluruh tubuh. Keringat bercucuran walau ku rasa
angin malam ini begitu dingin dan mencekam menusuk hingga tulang sum-sumku. Langkahku
menciut ketika akan memasuki rumah,
perlahan ku langkahkan kakiku menuju teras rumah dan selanjutnya ruang tamu
rumah. Betapa terkejutnya aku ketika mataku tertuju pada orang – orang yang
berada di dalam rumahku. Ku lihat ayah, ibu dan adik-adikku menangis sambil
terus membaca surat Yasin. Ya Alloh.. ada apa ini?? Lalu, siapa yang sedang
tidur di depan keluargaku, terbujur kaku dan membuat keluargaku sampai menangis
tak terbendung??? Bejuta tanya memenuhi benakku.
aku berusaha langkahkan kakiku lagi, walau perlahan
terasa melumpuh. Aku berusaha sekuat tenaga agar berjuta tanya yang memenuhi
benakku terbayar lunas. Aku dekati jenazah yang telah dibungkus dengan kain
kafan itu dengan wajah yangtelah ditutup selembar kain batik. Ku buka perlahan
kain batik yang menutupi wajah jenazah itu. Tubuhku menggigil, wajahku pucat
pasi, lidahku kelu tak mampu berkata setelah aku tahu bahwa jenazah itu adalah
aku. Air mataku mengalir deras dan perasaan takut memenuhi disetiap sudut dari
sendi-sendi tubuhku.
Kehidupan yang telah lalu tergambar dalam pikiranku.
Betapa menyesalnya aku saat ku ingat saudariku dan sahabat-sahabatku
berkali-kali mengingatkan bahwa menuntut ilmu islam adalah suatu kewajiban yang
harus ditunaikan, namun hanya aku hanya berkata, “iya, insyaAlloh nanti ya”.
Aku hanya berkata nanti, nanti dan nanti, dan sekarang sudah tak ada lagi
kesempatan untukku karena aku telah tiada.Di suatu waktu,saat Alloh masih
memberikan nafas untukku, Ibu dan ayah telah mengingatkan aku berkali-kali
untuk berhijab, aku juga telah membaca beberapa artikel tentang wajibnya
menutup aurat. Aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak
tangan, disana juga dijelaskan bahwa menutup aurat tidaklah sama dengan membungkus
aurat. Bagaimana perintah tersebut sudah difirmankan Alloh dalam Al Qur’an,
Yakni surat An Nur ayat 31 dan surat Al Azhab ayat 59. Walau aku enggan untuk
menanyakannya kepada sahabatku yang jauh lebih mengerti dan memang telah
berhijab lebih dulu, namun sudah begitu jelas perintah itu ku ketahui. Dan
lagi, aku malah mengabaikan perintah itu dan tak mau menutup aurat sesuai
syariat islam.Kini semua terasa pecuma, sesal tiada guna dan siksa menanti di
depan sana. Aku menangis sejadi-jadinya, sambil memohon ampun kepada Alloh agar
Dia mengembalikan nyawaku dan memberi tangguh kepadaku agar aku bisa
memperbaiki diri dan bertobat dengan sebenar-benarnya tobat. Aku benar-benar
mengalami ketakutan yang begitu dahsyat, saat orang-orang mulai mengiring jenazahku
menuju pemakaman. Ku lihat duka terlukis di wajah keluargaku dan
sahabat-sahabatku, belum sempat juga aku meminta maaf kepada mereka atas semua
kesalahanku. Ya Alloh siksa apa yang akan Engkau berikan padaku sebentar lagi?
Tubuhku seperti lumpuh total.
Ku lihat ibu masih terus menangis dan menyebut namaku
perlahan. Suara ibuku sayup-sayup terdengar oleh telingaku. Aku begitu terkejut
kudapati diriku berada di dalam kamar dan masih berselimut hangat, ku lihat
ibuku tersenyum menatapku sambil berkata, “bangun, nak.. ayo kita sholat
tahajud bersama sebelum sahur, ayah dan adik-adikmu sudah menunggu di ruang
sholat”. Ku tatap wajah ibu yang begitu teduh, ibu yang telah melahirkanku dan
mendidikku, ibu yang cantik dan sederhana dengan kerudung dan jilbab yang
selalu menutup auratnya. Aku tak mampu membendung air mataku. Ku peluk ibuku
erat-erat dengan berderai air mata. Aku sadar, ternyata aku hanya bermimpi.
Alloh telah menegurku dengan cara yang begitu lembut, Alloh masih memberiku
kesempatan untuk bertobat. Ibuku memandangku dengan penuh tanda tanya, tapi tak
kuceritakan semua mimpiku pada ibu, biarlah hanya aku dan Alloh yang tahu, dan
jika suatu saat aku harus menceritakannya, akan aku ceritakan dengan harapan
membawa kebaikan bagi sesama.
Aku mengambil air wudhu dengan penuh khidmat. Aku
merasa seperti seorang mualaf, yang akan berhijrah menuju jalan yang diridhoi-Nya.
Sujudku malam ini begitu khusyuk. Aku merasakan kenikmatan yang sangat indah
dengan bermunajat kepada-Nya. Aku larut dalam linangan air mata tobat. Ketika
ayah, ibu dan adik-adikku selesai dan keluar dari kamar
sholat, aku masih ingin berdua-duaan dengan Alloh. Aku begitu merindukan Alloh
dan aku sangat bersyukur atas kesempatan dan peringatan yang telah Alloh
sampaikan melalui mimpiku. Dalam sujud aku berazam, akan berusaha menaati semua
perintahNya dan menjauhi semua larangan-Nya, aku akan berusaha menjadi wanita
yang shalihah dengan menuntut ilmu islam sebaik-baiknya. Semoga Alloh
membimbing langkahku agar aku tetap istiqomah dan semoga Alloh meridhoiku di
akhir hayatku.. aamiin
---------------------------- selesai
----------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar