Seorang lulusan Oxford bertanya:
“Apa makna ana
dalam syahadat? Apa makna ana dalam syahadat itu sama dengan ana aku.”
Ia pun kemudian
melanjutkan.”Jika ana itu aku,
berarti ana Muhammad, bermakna aku adalah Muhammad.”
Lulusan Oxford itu bertanya pada temanku. Dan
temanku bertanya padaku.
Lantas aku berpikir bahwa seseorang harus “menjadi”
Muhammad dalam kehidupannya.
Aku adalah Muhammad bukan berarti aku duplikat
Muhammad, kloningnya penghulu para rasul yang mulia itu.
Aku sehrusnya berusaha. Ana harus tekun menyerupai tingkah laku al Amin. Jika tidak –dan
sejujurnya tak mungkin bias karena sejarah hidupku kacau balau, dan aku baru
melakukan start, maka dengan sisa bonus umurku yang tanpa garansi ini--, aku harus
berusaha payah untuk menjalani apa yang dilakukannya, berusaha payah untuk
memasukkan ajarannya ke dalam kehidupanku.
Hal seperti ini cocok dengan konsepsi Budhisme yang
pernah kupelajari. Bahwa di dalam aliran Budha terbesar ada statement yang
mengatakan “Jadilah Budha!”
Budha adalah Nirwana. Nirwana adalah kondisi
tercerahkan. Bukankah suasana cerah selalu menetramkan?
Ah, Budhismememang berbeda dengan Islam, tetapi ada
beberapa ajarannya yang memiliki irisan dengan pemaknaan yang kucari di dalam
khasanah keyakinan yang kuanut. Tapi, harus kuakui itu hanya pemaknaan.
Lantas, tahukah selanjutnya apa yang kutemukan?
Aku menelepon sahabatku…
“Ri, ana dalam syahadat sama nggak dengan ana dengan penyebitan aku dalam bahasa
Arab?”
Dan dengan jelas dan yakinnya dia mengatakan..
“Jelas beda. Ana
dalam syahadat yang bermakna sesungguhnya, menggunakan susunan alif nun.
Jadi a---n---n---a bukan a---n---a. sedangkan ana bermakna aku, susunan
hurufnya alif nun alif”.
“Lu yakin?”
“Insya Allah yakin!”
Hm, hm. Inilah titik penting mempelajari bahasa Arab
untuk menjelaskan kebingungan aku dan temanku dapat.
Untungnya aku dan temanku itu tidak sok tahu seperti
Darmogandul dan Ghotoloco. Untunglah kami sama-sama berpikir fair, bahwa ada
permainan grammar di dalam anna.
So… ana anna Muhammad?
Tidak! Anna
Divan
And
who’s beside me?
Al Arief Muchlis (Teman yang menyatakan hal itu)
Dan siapakah kamu?
Sudah terdevinisikah dirimu.
(di sebuah
Gazebo)
[dari sebuah buku karya Divan Semesta dengan judul "Buried Alive" yang ku ketikkan kembali dengan jemariku].
(y) :)
BalasHapus