Dimensi hakekat manusia
Ada 4
macam dimensi yang akan dibahas yaitu:
1) Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”,
sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat di bagi-bagi (in
clevide).
Menurut M. J Langeveld (seorang pakar pendidikan yang
tersohor di Negeri Belanda) Bahwa: Setiap anak manusia, manusia dilahirkan
telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi
(seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi,
bahkan dua anak kembar yang berasal daru satu telur pun yang lazim di katakan
seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan suatu dari yang lain,
hanya serupa tetapi tidak sama, apalagi identik. Dikatakan bahwa setiap
individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingnya)
- Secara fisik mungkin bentuk muka sama tetapi
terdapat perbedaan mengenai matanya.
- Secara kerohanian mungkin kapasitas intelegensinya
sama, tetapi kecendrungan dan perhatiannya terhadap sesuatu berbeda.
2) Dimensi Kesosialan
Setiap bagi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas
(M.J Langeveld, 1955) pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikarunia
benih kemungkinan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap
orang ingin bertemu dengan sesamanya. Immanuel Kant seorang filosef tersohor
bangsa Jerman menyatakan bahwa Manusia hanya menjadi manuia jika berada di
antara manusia.
3) Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari akta Su dan Sila yang artinya
kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat
orang tidak cukup hanya berbuat pantas jika did alma yang antas atau sopan itu
misalnya terkandung kejahatan terselubung, karena itu maka pengertian Susila
berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi “kebaikan yang lebih”. Dalam
bahasa ilmia sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda
yaitu: etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan).Sehubungan
dengan hal tersebut ada dua pendapat:
a. Golongan yang menanggap bahwa kesusilaan mencakup
kedua-duanya.
b. Golongan yang memandang bahwa etiket perlu
dibedakna dari etika, karena masing-masing mengandung kondisi yang tidak
selamanya selalu sejalan.
Prijarkara mengartikan manusia Susila sebagai manusia
yang memiliki nilai-nilai menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut
dalam perbuatan. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh
manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya,
sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup.
Dilihat dari asalnya dari mana nilai-nilai itu
diproduk dibedakan atas tiga macam yaitu:
1. Nilai Otonom yang bersifat Individual (kebaikan
menurut pendapat seseorang)
2. Nilai Heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan
menurut kelompok)
3. Nilai Keagamaan yaitu nilai yang berasal dari Tuhan
* Pemahaman dan Pelaksanaan Nilai *
Dalam kenyataan hidu ada 2 hal yang muncul dari
persoalan nilai yaitu: kesadaran dan pemahaman nilai dan kesanggupan
melaksanakan nilai. Idealnya keduanya harus Sinkron, artinya untuk dapat
melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, terlebih dahulu orang harus
mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Implikasi pedagogisnya ialah
bahwa pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan
melakukan kewajiban di samping menerima hak dari peserta didik.
4) Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius, sejak
dahulu kala sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar
alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan indranya, diyakini dengan adanya
kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat
berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakan
mitos-mitos.
Batasan
tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya
berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena
orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau
karena falsafah yang melandasinya.
1. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi
budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu
generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses
transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu
nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa
tanggung jawab, dan lain-lain.
2. Pendidikan sebagai
Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan
pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan
sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses
pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka
yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah
dewasa atas usaha sendiri.
3.
Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga negara
Pendidikan sebagai penyiapan
warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali
peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
4.
Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpana
tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga
memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting
dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
Pendidikan Sebagai Sistem
1.
Pendekatan Sistem
Pendekatan system adalah cara-cara berpikir dan bekerja yang menggunakan
konsep-konsep teori system yang relevan dalam memecahkan masalah.
Pendekatan system yang bertitik tolak pada optimalisasi penggunaan
sumber-sumber yang tersedia, dengan mempergunakan metode penyusunan mode-model
kerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang efektif dan efisien dalam
penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
2.
Teori system
Karakteristik teori system
a) Keseluruhan adalah hal yang utama dan
bagian – bagian adalah hal yang kedua
b) Integrasi adalah kondisi saling
hubungan antara bagian-bagian dalam satu system
c) Bagian-bagian membentuk sebuah keseluruhan
yang tak dapat dipisahkan
d) Bagian-bagian memainkan peranan mereka dalam
kesatuannya untuk mencapai tujuan dari keseluruhan
e) Sifat bagian dan fungsiya dalam
keseluruhan dan tingkah lakunya diatur oleh keseluruhan terhadap
hubungan-hubungan bagiannya.
3. Tipe-tipe system
a)
System alami dan sisten buatan
1. System alami
System ini merupakan
benda-benda atau peristiwa-peristiwa alam yang bekerja berdasarkan hukum-hukum
alam dan hubungan antara masukan dengan hasil dapat diramalkan secara ilmiah.
2. System buatan manusia
System yang dirancang,
dilaksanakan, dan dikendalikan oleh manusia, dan hubungan antara masukan yang
diambil dari system alami, dengan hasil diatur oleh manusia.
3. Sistem tertutup
System yang struktur
organisasi bagian-bagiannya tidak mudah menyesuaikan diri
Dengan lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu pendek.
Struktur bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasionalnya berjalan
otomatis
4.
Sistem terbuka
System yang struktur
bagian-bagiannya terus menyesuaikan diri dari lingkungan yang terus-menerus
berubah-ubah, dalam usaha dapat mencapai kapasitas optimalnya. Struktur
bagian-bagian bersifat lentur dan bentuk operasinya dinamis, karena
bagian-bagian dalam system dapat berubah karakteristik dan posisinya.
Pengertian
Ta’lim, Ta’dib, dan Tarbiyah
1. Ta’lim
secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abdul Fattah Jalal, ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya ( ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’ seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78, “dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.
1. Ta’lim
secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abdul Fattah Jalal, ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya ( ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’ seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78, “dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.
2. Ta’dib
merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Menurut Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya. Definisi ini, ta’dib mencakup unsur-unsur pengetahuan (ilmu), pengajaran (ta’lim), pengasuhan (tarbiyah). Oleh sebab itu menurut Sayed An-Nuquib Al Attas, tidak perlu mengacu pada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus. Karena ta’dib adalah istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan dalam arti Islam.
merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Menurut Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya. Definisi ini, ta’dib mencakup unsur-unsur pengetahuan (ilmu), pengajaran (ta’lim), pengasuhan (tarbiyah). Oleh sebab itu menurut Sayed An-Nuquib Al Attas, tidak perlu mengacu pada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus. Karena ta’dib adalah istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan dalam arti Islam.
3.Tarbiyah
Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan, sedangkan orang yang mendidik dinamakan Murobi. Secara umum, tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:
1. Rabaa-yarbuu yg bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
2. Rabiya-yarbaa yg bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
3. Rabba-yarubbu yg bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).
Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan, sedangkan orang yang mendidik dinamakan Murobi. Secara umum, tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:
1. Rabaa-yarbuu yg bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
2. Rabiya-yarbaa yg bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
3. Rabba-yarubbu yg bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).
Tarbiyah merupakan bentuk masdar dari kata robba-yurabbi-tarbiyyatan, yang
berarti pendidikan. Sedangkan menurut istilah merupakan tindakan mangasuh,
mendididk dan memelihara.
Muhammad Jamaludi al- Qosimi memberikan pengertian bahwa tarbiyah merupakan proses penyampian sesuatu batas kesempurnaan yang dilakukan secara setahap demi setahap. Sedangkan Al-Asfahani mengartikan tarbiyah sebagai proses menumbuhkan sesuatu secara setahap dan dilakukan sesuai pada batas kemampuan.
Makna tarbiyah adalah sebagai berikut:
1. proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan akhir si anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah masyarakat.
2. kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan (tidak membosankan).
3. menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat Allah SWT.
4. proses yg dilakukan dengan pengaturan yg bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yg mudah kepada yg sulit.
5. mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yg mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
6. kegiatan yg mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anak.
7. Tarbiyah terdiri atas :
Muhammad Jamaludi al- Qosimi memberikan pengertian bahwa tarbiyah merupakan proses penyampian sesuatu batas kesempurnaan yang dilakukan secara setahap demi setahap. Sedangkan Al-Asfahani mengartikan tarbiyah sebagai proses menumbuhkan sesuatu secara setahap dan dilakukan sesuai pada batas kemampuan.
Makna tarbiyah adalah sebagai berikut:
1. proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan akhir si anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah masyarakat.
2. kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan (tidak membosankan).
3. menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat Allah SWT.
4. proses yg dilakukan dengan pengaturan yg bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yg mudah kepada yg sulit.
5. mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yg mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
6. kegiatan yg mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anak.
7. Tarbiyah terdiri atas :
(1) Tarbiyah Khalqiyyat, yakni pembinaan dan pengembangan jasad, akal,
jiwa, potensi, perasaan dengan berbagai petunjuk.
(2) Tarbiyah diiniyyat
tahdzibiyyat, pembinaan jiwa dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan kesucian
jiwa menurut pandangan Allah SWT.
Menurut pengertian di atas, tarbiyah diperuntukkan khusus bagi manusia yang mempunyai potensi rohani, sedangkan pengertian tarbiyah yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti pemeliharaan dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab eksistensinya.
Analisis perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak.
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Oleh karena itu ta’lim di sini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.
Adapun ta’dib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
Denga pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiganya mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu menghantarkan anak didik menjadi yang “seutuhnya”, perfect man, sehingga mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik. waAllahu ‘alam.
Menurut pengertian di atas, tarbiyah diperuntukkan khusus bagi manusia yang mempunyai potensi rohani, sedangkan pengertian tarbiyah yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti pemeliharaan dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab eksistensinya.
Analisis perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak.
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Oleh karena itu ta’lim di sini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.
Adapun ta’dib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
Denga pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiganya mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu menghantarkan anak didik menjadi yang “seutuhnya”, perfect man, sehingga mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik. waAllahu ‘alam.
Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat
titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun
apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling
mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak. Dalam ta’lim,
titik tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman,
pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Oleh karena itu ta’lim
di sini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan
seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik. Sedangkan pada tarbiyah,
titik tekannya difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi)
dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu pengembangan ilmu dalam diri
manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik
pribadi. Adapun ta’dib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang
benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku
yang baik. Dengan pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
ketiganya mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu menghantarkan anak
didik menjadi yang “seutuhnya”, perfect man, sehingga mampu mengarungi
kehidupan ini dengan baik. waAllahu ‘alam.
Pendidikan sebagai Disilplin Ilmu Pendidikan
Pada penjelasan point B telah
dijelaskan secara singkat mengenai Pendidikan sebagai system. Dalam penjelasan
point ini akan dibahas bahwa pendidikan sebagai disiplin ilmu pendidikan yang
berarti bahwa di dalam tujuan pendidikan nasional secara umum adalah
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Disinilah diperlukannya tenaga
pendidik yang berkualitas dalam rangka menyukseskan tujuan pendidikan nasional.
Disinilah peran dari pendidikan dijadikan sebagai sebuah subsistem dari ilmu
pendidikan itu sendiri. Karena, sang pendidik akan di ajarkan mengenai
teori-teori tentang pendidikan yang tercakup dalam sebuah system ilmu
pendidikan.
Tujuan Ilmu Pendidikan
Telah dipaparkan dalam
pembahasan di atas bahwasanya tujuan pendidikan terdapat beberapa definisi,
sedangkan tujuan ilmu pendidikan adalah dalam rangka untuk membentuk pola pikir
dan karakter sang pendidik guna mendidik para peserta didik agar tujuan
pendidikan dapat terlaksana dengan baik dan optimal, disinilah tujuan dari ilmu
pendidikan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar